3 Jasa
Jasa adalah hasil kegiatan produksi yang tidak berwujud dan
sifat-sifat fisik tertentu, tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, tetapi
dapat dirasakan. Pada produksi jasa tidak terdapat tenggang waktu antara saat
diproduksi dan dikonsumsinya. Contoh : jasa dokter, jasa angkutan, dan
pelayanan-pelayanan lainnya.
A.
Definisi Jasa Menurut Para Ahli
Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan
oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak terwujud dan
tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya
dapat dikaitkan atau tidak dengan suatu produk fisik (Kotler, 2005:486).
Jasa adalah produk yang tidak dapat dilihat yang kita beli
dan gunakan tetapi tidak pernah memiliki. (Solomon, 2003:7).
Jasa mencakup semua aktivitas ekonomi yang hasilnya bukanlah
produk atau konstruksi fisik, yang secara umum konsumsi dan produksinya
dilakukan pada saat bersamaan, dan nilai tambah yang diberikannya dalam bentuk
(kenyamanan, hiburan, kecepatan, dan kesehatan) yang secara prinsip tidak
berwujud pada pembeli pertamanya (Zeithaml, 2003:3).
Jasa merupakan kegiatan atau suatu manfaat yang tidak
berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan yang ditawarkan oleh suatu pihak
kepada pihak lain. (Djaslim Saladin) Jasa sebagai aktivitas ekonomi yang
mempunyai nilai atau manfaat intangible yang berkaitan dengannya, melibatkan
interaksi dengan konsumen atau dengan barang milik tetapi tidak menghasilkan
transfer kepunyaan atau kepemilikan. (Adrian Payne)
Jasa adalah kegiatan yang dapat diidentifikasikan secara
tersendiri, yang pada hakikatnya bersifat tak teraba (intangible), yang merupakan
pemenuhan kebutuhan, dan tidak harus terikat pada penjualan produk atau jasa
lain.(William J. Stanton, 1996)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan suatu
tindakan atau aktivitas yang ditawarkan pada pihak lain dan tidak berwujud tetapi
bisa dinikmati manfaatnya.
B.
Karakteristik Jasa
Beberapa karakteristik utama jasa menurut Kotler (1993),
yaitu :
a. Intangibility (tidak berwujud)
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karena tidak dapat
diidentifikasi oleh kelima indera manusia, seperti dilihat, diraba, dirasa,
didengar, atau dicium, sebelum terjadi proses transaksi pembelian.
b. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)
Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, baik yang
bersumber dari manusia maupun dari mesin.
c. Variability (berubah-ubah)
Jasa dapat mudah berubah-ubah karena jasa tergantung pada
siapa yang menyajikan, kapan, dan dimana disajikan.
d. Perishability (daya tahan)
Jasa tidak dapat disimpan dan tidak memiliki daya tahan yang
lama karena sifatnya tergantung dari fluktuasi permintaan.
C.
Macam-macam Jasa
Secara garis besar jenis-jenis jasa dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa macam, yaitu :
a. Usaha rumah tangga, jenis ini mencakup banyak hal yang
ada di dalam rumah tangga, jasa perawatan kebun, jasa perbaikan rumah, air
minum, pembersihan rumah, dll.
b. Perumahan, jenis jasa ini melingkupi penyewaan sebuah
kamar hotel (penginapan), apartemen, gedung pertemuan, dll.
c. Hiburan atau rekreasi, jenis ini antara lain penyewaan
alat-alat yang berkaitan dengan hiburan, atau penyewaan tempat untuk melakukan
kegiatan hiburan.
d. Perawatan pribadi, jenis ini menawarkan pelayanan untuk
keperluan pribadi, misalnya perawatan rambut, perawatan kecantikan, dll.
e. Kesehatan, jenis ini termasuk jasa paling penting karena
terkait dengan pemenuhan kesehatan tubuh manusia, contoh perawatan di rumah
sakit, perawatan gigi di dokter gigi, bidan,
dll.
f. Bisnis, jenis ini menawarkan bantuan (profesi) kepada
suatu kegiatan usaha ekonomi, misalnya jasa hukum, konsultasi managemen, jasa
akuntansi, dan jasa komputer.
g. Komunikasi, jasa yang memberikan pelayanan dibidang
komunikasi, misalnya warnet, wartel, dan pengiriman faks.
h. Transportasi, jasa ini masih banyak digunakan sampai saat
ini, seperti taksi, angkutan umum, travel, dll.
i. Jasa keuangan, jenis pelayanan kepada konsumen terkait
dengan pembiayaan, misalnya jasa leasing, pajak, pinjaman, dll.
j. Pendidikan, jenis jasa pelayanan di bidang pendidikan,
misalnya jasa guru privat, guru les, guru ngaji, dll.
Menurut Lovelock (2007), jasa diklasifikasikan menjadi 7
(tujuh) kriteria, yaitu :
1. Segmen Pasar
Berdasarkan segmen pasarnya, jasa dibedakan menjadi 2 (dua)
kelompok, yaitu :
1). Jasa kepada konsumen akhir, seperti taksi, asuransi jiwa,
dan pendidikan.
2). Jasa kepada konsumen organisasional, seperti jasa
akuntansi dan perpajakan, jasa konsultasi.
2. Tingkat berkewujudan (tangibility)
Berdasarkan tingkat berkewujudannya, jasa dibedakan menjadi
3 (tiga), yaitu :
1). Rented goods service, yaitu jasa penyewaan produk kepada
konsumen, misalnya rental
mobil, rental VCD,
dan sewa apartemen;
2). Owned goods service, yaitu jasa pelayanan pada produk
yang dimiliki konsumen.
Contohnya jasa
reparasi AC, motor, komputer.
3). Non goods service, yaitu jasa pelayanan kepada konsumen
secara personal yang bersifat
intangible, contohnya supir, dosen pembimbing, penata rias, dan pemandu wisata.
3. Keterampilan penyedia jasa
Pada klasifikasi ini jasa dibedakan menjadi 2 (dua)
kelompok, yaitu :
1). Profesional service, seperti konsultan manajemen,
konsultan hukum, dan konsultan pajak;
2). Non profesional, seperti supir taksi, dan penjaga malam.
4. Tujuan organisasi jasa
Berdasarkan organisasinya, jasa dikelompokkan menjadi 2
(dua) macam, yaitu :
1). Commercial service atau profit service, seperti bank dan
penerbangan;
2). Non profit service, seperti sekolah, yayasan, panti
asuhan, dan museum.
5. Regulasi
Berdasarkan regulasinya, jasa dibedakan menjadi 2 (dua)
kelompok, yaitu :
1). Regulated service, seperti pialang, angkutan umum dan
perbankan;
2). Non-regulated service, seperti katering, pengecatan
rumah dan cuci mobil/motor.
6. Tingkat intensitas karyawan
Berdasarkan tingkatan ini jasa dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu :
1). Euipment based service, yaitu perusahaan jasa yang
mengandalkan penggunaan mesin
dan peralatan canggih
yang dapat dikendalikan dan dipantau secara otomatis,
contohnya cuci mobil
otomatis, dan ATM;
2). People based service, yaitu perusahaan jasa yang
mengandalkan tenaga manusia dalam
proses penyampaian jasa, contohnya satpam, jasa akuntansi,
dan konsultan hukum. 7. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan
Pada klasifikasi ini, jasa dibedakan menjadi 2 (dua) macam,
yaitu :
1). High contact service, seperti bank, dokter, dan penata
rambut;
2). Low contact service, seperti bioskop, jasa komunikasi,
dan layanan pos.
D. Perbedaan Jasa Dan Barang
a. Pembelian jasa, sangat dipengaruhi
oleh motif yang didorong oleh emosi;
b. Jasa bersifat
tidak berwujud, sedangkan barang bersifat berwujud;
c. Barang bersifat
tahan lama, tetapi jasa tidak, jasa dibeli dan dikonsumsi pada waktu yang sama;
d. Barang dapat
disimpan, sedangkan jasa tidak dapat disimpan;
e. Usaha jasa sangat
mementingkan unsur manusia;
f. Jasa memiliki distribusi yang bersifat langsung, dari
produsen ke konsumen.
E. Kualitas Jasa
Kualitas jasa menurut ISO 9000 adalah derajat atau
karakteristik yang melekat pada produk yangmencukupi persyaratan atau
keinginan. Kualitas seringkali disamakan dengan mutu.Sedangkan mutu adalah
keseluruhan ciri dari atribut produk atau jasa yang berpengaruh pada
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
1.
Pengertian Kualitas Jasa
Menurut Lewis dan Booms merupakan pakar yang pertama kali
mendefinisikan kualitas jasasebagai ukuran,seberapa bagus tingkat layanan yang
diberikan dan sesuai dengan ekspektasi pelanggan.
Menurut Wyckof dalam Tjiptono (2000), berpendapat bahwa
Kualitas jasa merupakan tingkat keunggulan (exellence) yang diharapkan dalam
pengendalian atas keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.
Dengan kata lain, terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa
yakni, jasa yang diharapkan (expected service) dan jasa yang dipersepsikan
(perceived service).
Hal ini berarti ada dua faktor utama yang mempengaruhi
kualitas jasa yaitu jasa yang diharapkan (exspected service) dan jasa yang
dipersepsikan (perceived service). Bila jasa yang diterima atau dirasakan
(perceived service) sesuai dengan yang diharapkan (exspected service), maka
kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima
melebihi harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas jasa
yang ideal. Akan tetapi bila jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan,
maka kualitas jasa sangat bergantung pada kemampuan penyedia jasa menyediakan
jasa kepada konsumen secara continue dan konsisten.
Kualitas jasa sering
didefinisikan sebagai usaha pemenuhan dari keinginan pelanggan serta ketepatannya
untuk mengimbangi harapan pelanggan. Perusahaan harus selalu memperbaiki dan
mengendalikan kinerja pelayanannya agar sesuai dengan ekspektasi pelanggan.
2. Pengukuran Kualitas Jasa
Rangkuti (2002) menyatakanbahwa kualitas jasa dipengaruhi
oleh dua variabel utama, yaitu jasa yang
diharapkan (expected service) dan jasa yang dirasakan (perceived service).
Baik tidaknya kualitas jasa yang
ditawarkan tergantung pada kemampuan fasilator (penyedia)dalam memenuhi harapan
konsumen. Pengukuran kualitas jasa
lebih sulit dibandingkan dengan mengukur kualitas produk nyata, Sebab atribut yang melekat pada jasa tidak
mudah untuk diidentifikasi.
Menurut Tjiptono (2000) langkah-langkah yang harus diambil
dalam mengukur kualitas jasa, Yaitu :
1). Spesifikasi determinan kualitas jasa. Langkah ini
menyangkut variabel yang digunakan untuk mengukur kualitas jasa.
2). Perangkat standar kualitas jasa yang dapat diukur.
Kualitas jasa yang dimaksud adalah menyangkut tentang standar atau instrument
kualitas jasa yang dapat digunakan untuk mengukur variabel.
3. Faktor-faktor yang Menentukan Kualitas Jasa
Setiap perusahaan jasa berusaha memberikan jasa yang
berkualitas tinggi secara konsisten dan
kontinu untuk memuaskan konsumen. Beberapa
ahli dibidang pemasaran telah mencoba melakukan studi atau mencari pendekatan tentang
dimensi atau faktor utama yang menentukan kualitas jasa.
meliputi dua aspek utama, yaitu konsisten
kinerja (performace) dan sifat dapat dipercaya (dependability). Hal ini berarti
perusahaan mampu menyampaikan jasanya secara benar sejak awal (right from the
first time), memenuhi janjinya secara akurat dan andal, (misalnya menyampaikan
jasa sesuai dengan janji yang disepakati), menyampaikan data (record) secara
tepat, dan mengirimkan tagihan yang akurat.
b. Responsiveness
(Ketanggapan), merujuk pada kesediaan dan kesiapan
karyawan untuk membantu para pelanggan dan menyampaikan jasa secara cepat.
Misalnya ketepatan waktu pelayanan, pengiriman slip transaksi secepatnya,
kecepatan menghubungi kembali pelanggan, dan menyampaikan layanan secara cepat.
c. Competence
(Kemampuan), penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar
dapat menyampaikan jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Termasuk didalamnya pengetahuan
dan ketrampilan karyawan kontak, personil dukungan operasional, dan kapabilitas
riset organisasi.
d. Acces (Mudah
diperoleh), akses mengandung pengertian kemudahan untuk dihubungi atau
ditemui (approachbility) dan kemudahan kontak. Hal ini berarti lokasi fasilitas
jasa mudah dijangkau, waktu mengantri atau menunggu tidak terlalu lama, saluran
komunikasi perusahaan mudah dihubungi, baik melalui telepon, email, dan
faximile.
e. Courtesy (Keramahan), meliputi sikap
santun, respek, atensi, dan keramahan para karyawan kontak, seperti
resepsionis, operator telepon, bell person, teller bank, kasir, dll.
f. Communication (Komunikasi), mengandung
makna penyampaian informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang mudah mereka
pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.
g. Credibility (Dapat dipercaya), atau
kridibilitas merujuk pada sifat jujur dan dapat dipercaya, yang mencangkup nama
perusahaan, reputasi perusahaan, karakter pribadi karyawan kontak, dan
interaksi dengan pelanggan (hard selling versus soft selling approach).
h. Security (Keamanan), maksudnya bebas
dari bahaya, risiko atau keragu-raguan. Termasuk didalamnya keamanan secara
fisik (physical safety), keamanan finansial (financial security), privasi, dan
kerahasiaan (confidentiality).
i.
Understanding atau knowing the costumer (Memahami pelanggan), mengandung pengertian
berupaya memahami pelanggan dan kebutuhan spesifik mereka, memberikan perhatian
individual, dan mengenal pelanggan reguler.
j. Tangibles (Bukti nyata yang kasat mata),
meliputi penampilan fisik, peralatan, personil, dan bahan-bahan komunikasi
perusahaan, seperti kartu bisnis, kop surat, dll.
Parasuraman, Zeithamal, dan Berry (dalam Tjiptono: 2011),
menyederhanakan dimensi kualitas jasa menjadi 5 (lima) dimensi utama yang
disusun sesuai urutan tingkat kepentingan
relatifnya, yaitu :
1. Reliabilitas, berkaitan dengan
kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat
kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang telah
disepakati.
2. Daya tanggap, berkenaan dengan
kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan
merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan
dan kemudian memberikan jasa secara cepat.
3. Jaminan, perilaku para
karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan
perusahaan dapat menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya.
4. Empati, berarti
perusahaanmemahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan
pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki
jam operasional yang nyaman.
5. Bukti fisik, berkenaan dengan
daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang digunakan
perusahaan, serta penampilan karyawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar